Selasa, Agustus 12, 2008

Silence is Worst


“Dialogue cannot create the need to change,

but it certainly facilitates the process of change.

- Edgar H. Schein


Seandainya ada ketentuan umum tentang komunikasi, maka akan terlihat, manusia tidak akan pernah bisa berkomunikasi semangkus dan sesangkil yang ada dalam pikirannya. Demikian Charles Handy dalam buku Understanding Organisations.


Tidak bisa efisien dan efektif, begitu ditegaskan oleh tokoh pendidik Inggeris ini. Karena pada dasarnya komunikasi bukanlah hal yang mudah dan gampang dilakukan. Komunikasi dapat mempererat hubungan, sekaligus dapat membuat jurang antar pihak. Ini adalah proses pemerataan gagasan, informasi dan pesan dengan pihak lain dalam waktu serta tempat tertentu. Semua itu terdapat pada komunikasi non-verbal, komunikasi visual dan komunikasi elektronik.


Komunikasi merupakan perangkat vital dalam kehidupan pribadi manusia dan sangat dibutuhkan di bidang bisnis, pendidikan, pemerintahan serta segala bentuk situasi yang menghubungkan antar manusia. Keharmonisan adalah kata kunci untuk suksesnya komunikasi, sementara komunikasi yang perlu dibangun bukanlah barang mati statis tidak bergerak, tetapi harus selalu dipelihara agar tetap menggeliat. Dan hidup.


Mungkin hal inilah yang masih terjadi di Indonesia saat ini. Ketika agenda hari kerja semakin ketat sehingga tidak memungkinkan terjadinya komunikasi non-verbal dan komunikasi visual, maka yang terjadi haruslah komunikasi elektronik. Dengan kata lain, seharusnya yang berdering adalah pesawat telpon.


Let your fingers do the walking, begitu semboyan buku Yellow Pages. Kalimat ini mengandung makna bahwa bagaimanapun repotnya manusia dalam rutinitas tugas sehari-hari, komunikasi tidak boleh putus. Di kota-kota besar dunia, komunikasi harus selalu berjalan. Komunikasi masih bisa terpelihara dengan penggunaan pesawat telepon, baik fixed maupun cellular. Atau jika tidak bisa juga, masih ada Short Message Service (SMS) yang bisa menyambung silaturahmi.


Sebenarnya alangkah mudah hidup kita di zaman kini. Tak perlu teriak-teriak untuk bilang sesuatu dan tak perlu heboh mencari kawan berbincang. Sekarang, setiap manusia punya nomor pribadi, bahkan dua atau tiga, sesuatu hal yang tak masuk akal jika kita pikirkan sekitar 10 tahun lalu. Lantas, apa susahnya sih?


Mungkin sulitnya bukan pada sarana penunjang seperti itu, melainkan terletak pada hati. Hati manusia, hati kita masing-masing yang -oleh karena sesuatu dan lain hal- agak merasa enggan angkat suara. Penyebab keengganan itu banyak, tak ada yang bisa merabanya. Dan setiap orang punya dasar dan alasan sendiri untuk tidak melakukan komunikasi. Silence is golden, kata orang.


Tapi itu tidak seluruhnya betul. Sebenarnya, berdiam diri dan tidak berkomunikasi adalah hal yang sangat jelek. Silence is worst. Dengan berdiam diri, maka manusia akan membiarkan pikirannya berjalan-jalan dan masuk ke tanggapan yang negatif. Suudhzon.


Maka berbicaralah. Berkata-kata dan berkomunikasilah. Meski semua orang tau berkomunikasi itu sulit, namun tetap harus dilakukan, agar suasana menjadi cair, akrab dan dapat dimengerti. Jika setiap departemen saling bicara dan setiap lembaga ikut urun rembuk dalam komunikasi yang terbuka, niscaya Indonesia akan semakin molek, semakin indah, lepas dari keruwetan.


Karena, mengutip Edgar H. Schein yang mengatakan, “Dialogue cannot create the need to change, but it certainly facilitates the process of change. Dan kita harus larut dalam proses itu.


(Dimuat untuk Kolom JUST THINK di Majalah Marine Business, Edisi Agustus 2008)

Tidak ada komentar: